Monday, July 29, 2013

Chinchilla - fauna eksotis dari Andes

Bagi para penggemar fauna di tanah air, mungkin beberapa masih asing dengan hewan yang satu ini. Namun kedepannya diperkirakan hewan ini akan mengalahkan kepopuleran dari Sugar Glider (SG) yang belakangan ini menjadi primadona dan trend di segala kalangan.

berikut saya akan mendeskripsikan secara sederhana tentang hewan yang bernama Chinchilla ini :

Sejarah :

Chinchilla adalah hewan bertelinga besar yang berasal dari pegunungan Andes, Amerika Selatan. Nama "chinchilla" secara harfiah berarti "Chincha kecil," nama dari suku Chincha di Andes yang memakai bulu kulit chinchilla. Di Tiongkok, hewan ini disebut lóng māo, yang dapat diartikan sebagai "kucing naga." Saat ini ada 2 spesies chinchilla yang masih hidup, yaitu Chinchilla Brevicaudata dan Chinchilla Lanigera. Chincilla Lanigera memiliki fisik lebih kurus dan ekor lebih panjang. 

Morfologi (bentuk tubuh) :
 
penampilannya sekilas mirip tupai tanah, tetapi lebih kuat dan besar. Hewan ini cocok dipelihara di daerah dengan iklim yang dingin. Mereka tidak dapat hidup di daerah dengan cuaca yang cukup panas, jadi jika ingin memeliharanya Anda harus memastikan hewan peliharaan ini tetap dingin. Mereka membutuhkan kandang yang cukup luas dan leluasa untuk dapat bergerak dengan bebas. Walaupun masih sedikit jumlahnya, binatang ini juga sudah mulai dipelihara di Indonesia. 

Hal yang paling menarik dari chinchilla tentu saja bulunya (atau lebih tepatnya rambut) yang tebal & konon sehalus beludru. Begitu tebal bulunya sehingga kutu pun tidak bisa menusuk kulitnya. Penyebab kenapa bulu chinchilla bisa begitu halus & tebal adalah berkat strukturnya di mana satu folikel (kantong rambut) chinchilla bisa memiliki 60 helai rambut. Bulu tebal tersebut berguna untuk melindunginya dari iklim dingin Pegunungan Andes, habitatnya. Pewarnaan bulunya sendiri bervariasi di mana warna yang paling banyak ditemui adalah warna abu-abu untuk kamuflase, biru, putih, & sebagainya.

Karena bulunya pula, chinchilla banyak diburu oleh manusia untuk dijadikan bahan pakaian yang halus & berkualitas. Di awal abad ke-20, bulu chinchilla bisa dihargai $ 100.000 & sejak itu, chinchilla diburu secara besar-besaran oleh manusia. Sebagai akibatnya, chinchilla kini menghadapi bahaya kepunahan & dilarang diburu di alam liar. Sekarang, chinchilla juga sudah diternakkan secara massal untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik untuk diambil bulunya maupun untuk dijadikan hewan peliharaan. Selain perburuan liar, perusakan habitat juga ikut andil dalam menurunnya populasi chinchilla.

Pola hidup :

Chinchilla adalah hewan nokturnal yang mencari makan di malam hari. Mereka merupakan hewan omnivora yang suka memakan rumput, buah, biji, serangga, dan telur burung.
Saat makan, mereka akan berdiri dengan kedua kaki belakang & memasukkan makanan dengan kaki depannya. Di siang hari, mereka lebih banyak tinggal di dalam lubang atau celah bebatuan. Di alam liar, Chinchilla hidup secara berkelompok di mana satu kelompok anggotanya bisa mencapai 100 ekor. 

Chinchilla tidak memiliki musim kawin yang spesifik & bisa melakukan reproduksi kapan saja. Mayoritas dari chinchilla diketahui hidup monogami alias hanya hidup dengan satu pasangan kawin. Sesudah melakukan perkawinan, chinchilla akan memasuki periode kehamilan yang mencapai 111 hari & selanjutnya melahirkan anakan yang sudah berbulu & bisa melihat. Anakan tersebut lalu akan menyusu pada induknya hingga usia sekitar 8 minggu. Seekor chinchilla diketahui bisa hidup hingga usia 10 tahun (20 tahun dalam tangkapan) & mencapai ukuran 30 cm.

Pedoman pemeliharaan :

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memelihara chinchilla, terutama karena chinchilla memiliki cara hidup yang khusus. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah soal suhu & temperatur. Karena chinchilla berbulu tebal & sulit berkeringat, suhu tempat memelihara chinchilla tidak boleh lebih dari 25 derajat C. Lebih dari itu, chinchilla bisa mati terkena stroke akibat suhu tinggi. Cara untuk melihat apakah chinchilla kepanasan adalah melihat telinganya di mana bila telinga chinchilla berwarna kemerahan, itu menunjukkan ada banyak panas yang dilepaskan dari tubuh chinchilla.

Chinchilla merupakan hewan malam yang aktif sehingga saat dikandangkan, chinchilla memerlukan semacam "sarana olahraga" seperti roda hamster. Lebih spesifik, roda hamster yang permukaannya rata karena jika rodanya bercelah, kaki atau ekor chinchilla bisa dengan mudah terjepit di sela-selanya. Chinchilla juga memerlukan sesuatu untuk digigit karena seperti hewan pengerat lainnya, gigi depan chinchilla terus tumbuh & perlu dikikis agar tidak tumbuh terlalu panjang. Benda-benda yang bisa dipakai sebagai "sarana gigitan" di antaranya adalah ranting, batu apung, atau mainan kunyah khusus.
Chinchilla juga membersihkan diri, namun bukan dengan air. Bulu-bulu mereka sangat tebal sehingga jika terkena air, air pada bulunya akan sulit menguap & bisa mengundang jamur. Sebagai gantinya, untuk membersihkan bulunya chinchilla akan berguling-guling di atas debu vulkanis atau batu apung. Debu-debu tersebut akan menyerap minyak & cairan yang menempel di bulu chinchilla (kelihatan seperti ayam ya, hehehe...) Dalam pemeliharaan, chinchilla bisa ditempatkan dalam suatu wadah berisi debu tersebut agar mereka membersihkan diri mereka setiap beberapa minggu sekali.

Pola makan : 
Ada 4 makanan yang harus dibatasi jumlahnya pada chinchilla : yang banyak mengandung air, protein, lemak, & gula. Sebabnya adalah pencernaan chinchilla hanya terbiasa mencerna makanan berserat tinggi dengan kadar air rendah seperti rumput kering. Makanan yang banyak mengandung air bisa menyebabkan chinchilla muntah karena chinchilla hanya sedikit pipis & berkeringat, makanan dengan kadar protein & lemak tinggi bisa menyebabkan gangguan hati, sementara makanan berkadar gula tinggi bisa menyebabkan diare atau bahkan diabetes.

No comments:

Powered By Blogger